Oleh: Edi Susanto (Edi Cindai) Penggiat Anti Korupsi, Pemerhati Lingkungan, Ketua Umum CINDAI Kepri, Pempred Cindai.id| Opini.
Opini (Cindai.id)_ Pada 27 November 2024 mendatang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) akan melakukan Pemilihan Gubernur (Pilgub) yang kelima kalinya. Terdapat dua pasangan calon (paslon) yang akan bertarung.
Ansar Ahmad selaku petahana berganti pasangan dengan Nyanyang Haris Pratamura sebagai wakilnya. Sementara Muhammad Rudi hadir sebagai penantang yang merupakan Walikota Batam sekaligus Kepala Badan Pengusahaan Batam yang juga Suami dari Wakil Gubernur Kepri saat ini memilih Aunur Rofiq Bupati Karimun menjadi pasangannya.
Jika dilihat jejak dan fakta dari masa ke masa Pilgub Kepri, banyak cerita menarik dan unik bermunculan yang mungkin belum pernah dibahas oleh banyak pihak. Baik diruang-ruang publik, forum-forum Akademik, media online dan media sosial serta tak luput pula media warung kopi yang menjadi budaya khas masyarakat Kepri sebagai wadah ‘Mecahkan Bual’ (bincang-bincang) politik.
Pada kesempatan tulisan saya kali ini, saya coba mengulas berdasarkan pengalaman, pengamatan serta diskusi dengan banyak pihak yang turut andil langsung dalam sejarah Pilgub Kepri sejak 2005 hingga saat ini dari sudut pandang yang berbeda.
Ada beberapa faktor menurut saya yang menentukan kemenangan dalam Pilgub Kepri dari masa ke masa. Faktor Incumbent, Gubernur bertarung melawan Wakil Gubernur, lingkungan keluarga atau kerabat yang pernah menjabat, asal daerah Paslon, pernah menjabat Kepala Daerah melalui pemilu, paslon dari unsur legislatif serta jangan dilupakan faktor keberuntungan di tim pendukung atau relawan Paslon.
Pemilihan Gubernur 2005
Pada Kontestasi Pilgub 2005, pasangan Ismeth Abdullah dan H.M.Sani didaulat sebagai pemenang. Meski diruang-ruang publik Nayat Kadir adalah sosok putra Melayu yang digadang-gadangkan akan meraup suara terbanyak pada masa itu. Dengan pertimbangan Nyat merupakan Putra asli kelahiran Kepri tepatnya Kabupaten Lingga. Kemudian beliau juga merupakan Walikota Batam serta pasangannya Soerya Respationo merupakan Ketua DPRD Kota Batam yang memiliki suara pemilih mayoritas di Kepri.
Namun kenyataan berkata lain. Ismeth yang merupakan Ketua Otorita Batam ditunjuk oleh pemerintah pusat selaku Pejabat Sementara Gubernur Kepri masa transisi pemekaran dari Provinsi Riau. Sudah barang tentu bisa dikategorikan sebagai Incumbent. Disini juga saya melihat adanya factor hoki (keberuntungan) yang melengkapi pasangan ini yang dibawa H.M. Sani yang Asal Daerah Karimun serta Bupati Karimun aktif.
Kemenangan telak 60% lebih yang didapatkan pasangan Ismeth-Sani ini apa karna faktor Incumbent dan ada Asal Daerah Karimun?
Pemilihan Gubernur 2010
Menjelang Pilgub 2010 yang akan dilaksanakan pada bulan Juni, tepatnya 22 Februari 2010, Ismeth Abdullah selaku Gubernur Incumbent harus mengurungkan niatnya untuk ikut bertarung kedua kalinya. Ismeth menjadi tahanan KPK karna tersandung kasus Korupsi Damkar. Secara otomatis, H.M. Sani yang ketiban durian runtuh menjadi Incumbent Gubernur Kepri.
H.M Sani memilih pasangan Soerya Respationo, sedangkan Istri Ismeth Abdullah yakni Aida Zulaikha Ismeth juga turut bertarung berpasangan dengan Sekda Kepri, Eddy Wijaya. Lagi-lagi Nyat Kadir juga mencoba peruntungan kedua kalinya maju berpasangan dengan Legislator Zulbahri.
Disini saya melihat faktor Incumbent dan Asal Daerah Karimun melekat kuat pada Sani. Berbanding terbalik dengan Aida Ismeth, meski sempat digadang-gadangkan bakal menjadi juara karna faktor istri mantan Gubernur dengan suara lebih dari 60% pada Pilgub sebelumnya.
Seperti judul bukunya H.M Sani ‘Untung Sabut’. Keberuntungan masih memihak padanya meski menang tipis dari dua pasangan lainnya. Masing-masing mendapatkan 30% lebih suara. Apa karna faktor Incumbent dan Karimun lagi?
Pemilihan Gubernur 2015
Pada Pilgub 2015 ini banyak isu ‘kelakar’ (gurauan) yang menjadi cerita rakyat Kepri. Bila diingat-ingat ada singkatan ‘ISIS’ (Ikut Sani atau Ikut Suryo).
H.M Sani sempat dikabarkan mau menggandeng Ansar untuk menjadi pasangannya atau meminta Ansar maju menggantikan dirinya. Begitu juga sebaliknya, Nurdin pada setiap kesempatan selalu tampak bersama Soerya Respationo. Namun pada kenyataannya, mereka seperti jodoh yang tertukar.
Dua pasangan ini harus berpisah untuk menentukan pasangan masing-masing. HM Sani akhirnya berpasangan dengan Nurdin Basirun yang merupakan Bupati Karimun dan dulu juga pernah bersama sebagai Bupati dan Wakil Bupati Karimun periode 2001-2005. Sedangkan Soerya Respationo malah berpasangan dengan Ansar Ahmad Bupati Bintan.
Sani-Nurdin pada akhirnya unggul cukup tipis di lima Kabupaten-Kota dengan perolehan suara sebanyak 347.515, sedangkan Soerya Respationo-Ansar Ahmad hanya menang di Bintan dan Anambas 305.688 suara.
Lagi-lagi unsur kedaerahan Karimun ‘hattrick’. Apa kemenangan Sani-Nurdin ini juga faktor Incumbent pasangan Karimun dan Kepala Daerah Dari Hasil Pemilu?
Pemilihan Gubernur 2020
Belum genap 2 bulan menjabat sebagai Gubernur untuk periode ke dua. H.M. Sani tutup usia. Pada Mei 2016, Presiden melantik Gubernur Kepri yang baru. Kali ini, Nurdin Basirun yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur dilantik menjadi Gubernur.
Tidak sampai disitu, dua tahun berselang, yakni pada 27 Maret 2018, posisi Wakil Gubernur yang ditinggalkan Nurdin diisi oleh Isdianto. Hanya 16 bulan menjabat sebagai Wagub. Pada 13 Juli 2019 Isdianto ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepri. Isdianto menggantikan posisi Gubernur Nurdin yang ditahan oleh Komisi Anti Rasuah karna tersandung kasus suap izin prinsip pemanfaatan ruang laut di wilayah Kepri.
Isdianto yang merupakan adik kandung HM Sani, dilantik Presiden Jokowi sebagai Gubernur definitif. Dengan begitu, sebelum periode jabatan Gubernur-Wakil Gubernur hasil Pilkada 2015 berakhir, Presiden telah melantik tiga Gubernur Kepri.
Secara otomatis, tampuk incumbent jatuh ke tangan Isdianto yang pada Pilgub 2020 maju bergandengan dengan Suryani kader PKS asal Batam. Kala itu terdapat tiga Paslon. Soerya Respationo-Iman Sutiawan dan Ansar Ahmad-Marlin Agustina mencoba lagi peruntungan ikut andil dalam kontestasi Pilgub sebagai penantang.
Pada Pilgub 2020 Isdianto selaku petahana harus mengaku kalah dari pemain lama. Ansar Ahmad yang berpasangan dengan Marlin Agustina menjadi jawara meski menang tipis darinya.
Apakah di Pilgub 2020 ini faktor incumbent dan asal daerah Karimun sudah tidak berpengaruh lagi?
Mari kita kembali ulas dari awal. Pasangan Ismeth-Sani di Pilgub 2005 menang karna faktor Incumbent, ada unsur daerah Karimun dan Kepala daerah hasil Pemilu. Sani-Soerya menang di Pilgub 2010 masih sama dengan faktor 2005. Namun Aida-Eddy Wijaya kalah, karna ada faktor lingkungan keluarga yang pernah menjabat yaitu Ismeth Abdullah serta Aida dari unsur Legislatif. Sedangkan di Pilgub 2015 Sani-Nurdin menang, komplit dengan empat faktor. Incumbent, unsur kepala daerah, asal Karimun dan Gubernur melawan Wakil Gubernur.
Mengapa di Pilgub 2020 Isdianto-Suryani kalah padahal incumbent dan asal karimun?
Menurut saya lebih dominan minusnya. Berkaca pada Pilgub 2010, Aida Ismeth adalah istri dari Gubernur sebelumnya dan bukan kepala daerah hasil pemilu harus menelan pil pahit kekalahan. Hal senada dengan Isdianto yang merupakan adik kandung H.M Sani dan bukan kepala daerah hasil pemilu. Kemudian Suryani yang dari unsur legislatif. Sedangkan kemenangan Ansar-Marlin karna Ansar pernah menjabat kepala daerah hasil pemilu serta Marlin juga merupakan putri kelahiran Karimun. Ditambah lagi Marlin merupakan istri dari Muhammad Rudi yang merupakan Walikota Batam hasil pemilu.
Prediksi Pemilihan Gubernur 2024
Suasana kebatinan pada Pilgub Kepri 2024 kali ini hampir mirip dengan Pilgub 2015 dan sedikit ada kesamaan dengan Pilgub 2010 dan Pilgub 2020. Dimana terjadi polarisasi kekuatan antara dua kubu. Pada 2015 antara H.M. Sani dan Soerya sedangkan pada 2024 antara Ansar (Gubernur) dengan Rudi (suami Wakil Gubernur). Pada 2015 terdapat rumor bahwa Nurdin Basirun diisukan mendekati Soerya namun pada kenyataannya malah menjadi wakil H.M Sani. Di tahun 2024 ini, Aunur Rafiq yang juga merupakan bupati Karimun dua periode diisukan mendekati Ansar tapi pada akhirnya bergabung menjadi wakil Rudi.
Pada 2015 Ansar menjadi pendamping atau wakil yang cukup di idolakan baik Sani maupun Soerya. Namun pada akhirnya Ansar menjatuhkan pilihan untuk bersama Soerya. Di tahun 2024 kali ini, Partai Gerindra sebagai Partai Penguasa sangat dielu-elukan oleh kedua Paslon. Terutama Rudi sudah curi star terlebih dahulu dengan menitipkan Istrinya Marlin menjadi kader Gerindra meski Rudi sendiri merupakan kader Partai Nasdem. Fakta berkata lain, Gerindra mengamanahkan kadernya Nyanyang untuk menjadi wakil Ansar.
Jika disimpulkan dari fakta sejarah empat kali Pilgub Kepri sebelumnya, untuk sementara Paslon Ansar-Nyanyang melawan Rudi-Rofiq memperoleh hasil imbang.
Faktor Incumbent (1-0) untuk Ansar-Nyanyang, Gubernur bertarung melawan Wakil Gubernur (2-0) untuk Ansar-Nyanyang, lingkungan keluarga atau kerabat yang pernah menjabat (3-0) untuk Ansar-Nyanyang. Sedangkan Faktor asal daerah Karimun (3-1) untuk Rudi-Rofiq, pernah menjabat Kepala Daerah melalui pemilu (3-2) untuk Rudi-Rofiq, paslon dari unsur legislatif yang kurang beruntung (3-3) untuk Rudi-Rofiq.
Namun jangan ditinggalkan tim pendukung yang menurut saya juga membawa faktor keberuntungan. Tinggal bagaimana masing-masing Paslon memilah dan memilih maskot keberuntungan tersebut. Karna itulah yang mungkin merubah posisi dari imbang menjadi menang.(Red)